Senin, 22 November 2010

Mengapa Doa Kita Dikabulkan?


Bila para hambaku bertanya tentang Aku (Allah), maka (jawablah Muhammad) bahwa sesungguhnya Aku sangat dekat. Akan Kujawab (kabulkan) doa orang yang berdoa, bila ia memang berdoa kepadaKu. Maka sebaliknya, mereka juga hendaknya menjawab (mengabulkan) doaKu (=harapanKu), yakni agar mereka beriman kepadaKu. Mudah-mudahan mereka mampu bersikap lurus (seperti yang Kuharapkan). [Surat Al-Baqarah: 186].

Doa = harapan = cita-cita

Kita selalu memahami istilah doa sebagai permintaan atau permohonan kepada Allah. Padahal, dalam bahasa aslinya, doa mempunyai beberapa pengertian.

Doa (aslinya: du’ã) adalah kata benda (tepatnya masdar). Kata kerjanya adalah da’ã-yad’û/دعا-يدعو. Bentuk kata bendanya yang lain, selain du’ã, adalah da’wah/دعوة .

Doa, selain berarti permintan atau permohonan, juga bisa berarti harapan (= asa); dan kita tahu bahwa harapan atau asa adalah tenaga inti yang menyebabkan manusia bersemangat menjalani kehidupan. Sebaliknya, manusia yang tidak punya lagi harapan (= putus asa), ada kemungkinan dia melakukan bunuh diri, menjadi orang yang cuek, menjadi pemakai narkoba, atau menjadi orang gila.

Harapan dengan kata lain juga berarti cita-cita. Karena ada cita-citalah para guru bersemangat datang mengajar, dan begitu juga sebaliknya para murid bersemangat datang ke sekolah karena masing-masing mempunyai cita-cita. Harapan atau cita-cita adalah “doa yang selalu ‘menyala’ di dalam diri kita”, baik kita menyadarinya atau tidak.

Memahami doa sebagai permintaan akan berbeda dampaknya dibandingkan dengan memahaminya sebagai harapan. Dengan memahaminya sebagai permintaan, kita akan cenderung meminta-minta melulu kepada Tuhan. Sebaliknya, dengan memahaminya sebagai harapan atau cita-cita, kita akan memiliki doa yang selalu menyala dalam kesadaran dan hidup dengan penuh semangat, tahu apa yang harus diperjuangkan.

Selain itu, jangan dilupakan bahwa doa dan da’wah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Contoh mudahnya, bila kita mempunyai harapan atau cita-cita yang baik, tentu kita juga akan punya kecenderungan untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk memiliki apa yang kita miliki. Usaha kita mempengaruhi atau mengajak itu dengan kata lain adalah berda’wah.

Syarat terkabulnya doa, Ada tiga kunci dikabulkannya sebuah doa:



1. Kualitas diri yang berdoa. Doa setiap hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan dikabulkan sangat tergantung pada kualitas hambanya yang berdoa. Ada seorang Ibu yang berdoa ditengah malam senantiasa diiringi dengan tetesan air mata untuk anaknya agar diterima disebuah perusahaan maka keesokan harinya sang ibu mendapatkan kabar bahwa anaknya diterima diperusahaan tempat anaknya melamar pekerjaan.



2. Kualitas ketaqwaan yang berdoa. Setiap orang yang akan berdoa hendaknya meningkatkan keimanan dan ketaqwaanNya sehingga jika doa kita dikabulkan memang karena patut untuk dikabulkan. Saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha yang mengalami kemajuan pesat didalam usahanya bertutur pada saya, kemajuan dibidang usaha berbanding lurus dengan kemajuan dibidang spiritual. Sholatnya ditingkatkan, shodaqohnya ditingkat, maka dengan sendirinya perusahaan meningkat pesat karena doa semua karyawannya.’



3. Amal Kebaikan. Sebelum kita meminta dalam doa. Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengabulkan permintaan kita, jika memang kita memang telah pantas menerima nilai yang seharusnya kita terima. Berilah kontribusi lebih besar dari apa yang kita inginkan dalam doa. Amal kebaikan yang telah kita lakukan salah satu faktor penyebab dikabulkan sebuah doa.

Alloh SWT berfirman : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q.S.Al Baqoroh : 186)



“Dan Robbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina”. (Q.S. Al Mu’min : 60).



Alloh SWT telah berjanji, untuk mengabulkan segala permohonan hamba-Nya apabila ia berdo’a kepada-Nya. Namun sering terjadi, do’a seseorang seakan tidak dikabulkan, atau ketika dikabulkan tidak pada saat sesuai dengan yang seseorang minta. Sehingga sering timbul sebuah pertanyaan “akan dikabulkankah do’a saya? Kapankah do’a saya akan dikabulkan? Mengapa do’a saya tidak dikabulkan? Dsb.Terkadang/bahkan seringkali, manusia ini tidak memiliki kesabaran dan berharap do’anya dikabulkan saat itu pula, tak sabar menunggu dan kadang timbul prasangka buruk kepada Alloh, baik dilakukan secara sadar maupun tidak.

Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK. Boleh jadi kamu membenci atau mencurigai sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Aku Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Doa itu sesungguhnya adalah rahmatku. Syekh Ibnu Athoillah dalam kitab Al Hikam menjelaskan bahwa, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi dari do’anya seorang hamba. Kemungkinan pertama adalah do’anya dikabulkan saat itu juga, seperti do’anya tiga orang pemuda yang terjebak dalam gua yang pintunya tertutup oleh sebongkah batu. Maka batu yang menutup pintu gua itupun bergeser sedikit demi sedikit hingga terbuka secara sempurna ketika satu persatu dari pemuda yang terjebak itu memohon kepada Alloh sambil mengutarakan perbuatan baiknya. Kemungkinan kedua adalah do’a itu dikabulkan, tetapi pada saat yang dianggap lebih tepat oleh Alloh, bukan pada saat yang diminta oleh seorang hamba, seperti do’anya Nabi Ibrahim yang memohon agar Mekah Al Mukaromah dijadikan negri yang banyak dikunjungi manusia dan menjadi negri yang kaya raya. Kini kita selalu dapat menyaksikan, betapa berjuta-juta orang datang berkunjung ke negri Mekah dari segala penjuru dunia untuk menunaikan haji memenuhi panggilan Alloh SWT, dan negri ini menjadi negri yang kaya raya karena banyaknya cadangan minyak bumi yang ada di sana. Kemungkinan ketiga adalah do’a itu tidak dikabulkan, tetapi diganti oleh Alloh dengan sebuah kebaikan, sehingga seorang hamba yang rajin berdo’a dapat terhindara dari sebuah bencana atau cobaan dari-Nya. Oleh karenanya, berdo’a dalam setiap kesempatan mutlak dilakukan oleh seorang mu’min, untuk mengharap pertolongan Alloh, senantiasa dapat berjalan di jalan yang benar, dan terhindar dari bencana dan cobaan-Nya, disertai dengan rasa penuh harap kepada Alloh dan penuh rasa takut kepada-Nya, serta tawakkal terhadap segala takdir yang ditentukan oleh-Nya setelah berusaha dan berdo’a. Sehingga tiada pernah ada prasangka buruk melintas dibenak kita kepada Sang Penentu, Robb semesta alam Pencipta dan Pemilik kita. jadi, bahwa kita harus yakin…Alloh lebih Tahu apa yg terbaik bagi kita.



Boleh jadi kamu membenci atau mencurigai sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Aku Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS.2:216) Setiap hari, bahkan setiap saat seorang muslim senantiasa melantunkan do’a, menyampaikan segala permohonan dan harapan baik dikala lapang, terlebih dikala sempit. Namun seringkali…..sekian banyak do’a telah dilantunkan, sekian banyak majlis dzikir telah merebak bak jamur di musim hujan, istighosah kubropun entah berapa kali dilaksanakan……kenyataanya, do’a tak kunjung mendapat jawaban. Persis seperti kondisi di negri ini. Krisis ekonomi tak kunjung berakhir, bencana demi bencana silih berganti menimpa. Berbagai upaya do’a telah dilakukan bersama, namun Alloh belum jua memberikan asa yang kita pinta. Gerangan apakah penyebab do’a-do’a kita belum terjawab? pertanyaan-pertanyaan tsb. sering terlontar dari banyak orang, dan kadang membuat orang berputus asa.



Ada sebuah kisah tentang masyarakat Basrah yang waktu itu sedang dilanda kemelut sosial. Kebetulan mereka kedatangan ulama besar yang bernama Ibrahim bin Adham. Masyarakat Basrah pun mengadukan nasibnya kepada Ibrahim bin Adham, “Wahai Abu Ishak (panggilan Ibrahim bin Adham), Allah berfirman dalam Al-Quran agar kami berdoa. Kami warga Basrah sudah bertahun-tahun berdoa, tetapi kenapa doa kami tidak dikabulkan Alloh? Ibrahim bin Adham menjawab, “Wahai penduduk Basrah, karena hati kalian telah mati dalam sepuluh perkara.



Bagaimana mungkin doa kalian akan dikabulkan Allah! Kalian mengakui kekuasaan Allah, tetapi kalian tidak memenuhi hak-hak-Nya. Setiap hari kalian membaca Al-Quran, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya. Kalian selalu mengaku cinta kepada rasul, tetapi kalian meninggaklan pola prilaku sunnah-sunnahnya. Setiap hari kalian membaca ta’awudz, berlindung kepada Allah dari setan yang kalian sebut sebagai musuhmu, tetapi setiap hari pula kalian memberi makan setan dan mengikuti langkahnya. Kalian selalu mengatakan ingin masuk syurga, tetapi perbuatan kalian justru bertentangan dengan keinginan itu.Katanya kalian takut masuk neraka, tetapi kalian justru mencampakkan dirimu sendiri kedalamnya. Kalian mengakui bahwa maut adalah keniscayaan, tetapi nyatanya kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.Kalian sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi terhadap kesalahan sendiri kalian tidak mampu melihatnya. Setiap saat kalian menikmati karunia Allah, tetapi kalian lupa mensyukurinya. Kalian sering menguburkan jenazah saudaramu, tetapi kalian tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu.” Kalian sering menguburkan jenazah saudaramu, tetapi kalian tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu.”



Terakhir ia mengatakan, “Wahai penduduk Basrah, ingatlah sabda nabi, “Berdoalah kepada Allah, tetapi kalian harus yakin akan dikabulkan. Hanya saja kalian harus tahu bahwa Allah tidak berkenan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main-main.” Kisah lain terjadi ketika di Basrah Irak, dilanda kekeringan, kesulitan air dan hujan tak jua turun. Maka penduduk Basrah sepakat untuk mengadakan sholat istisqo’ untuk meminta hujan. Para ulama dan tokoh masyarakat hadir untuk melakukan sholat dan berdo’a meminta keridhoan Alloh menurunkan hujan. Namun hingga beberapa kali sholat istisqo’ dilaksanakan, hujanpun tak jua turun. Hingga suatu malam di masjid, usai sholat istisqo’ siang harinya, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani melihat seorang berkulit gelap, berwajah sederhana, dengan betis tersingkap yang terlihat kecil, dan perut buncit datang di malam buta, ketika masjid telah sepi. Yang belakangan diketahui Malik bin Dinar, ia adalah budak seorang yang sangat kaya raya di Basrah, yang malamnya habis untuk menangis karena bermunajat kepada Alloh dan siangnya habis untuk sholat dan puasa. Budak tersebut di masjid melakukan sholat dua rakaat dengan bacaan surat yang tidak terlalu panjang. Ruku’ dan sujudnya juga sama pendeknya dengan lama berdirinya. Usai sholat dia menengadahkan tangan ke langit sambil berdo’a yang di dengar oleh Malik bin Dinar:” Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya”. Setelah mendengar itu Malik bin Dinar berkata, “ Belum lagi dia menyelesaikan perkataannya, angin dingin tebal menggelayut di langit. Kemudian tidak lama, hujan turun dengan begitu derasnya. Subhaanalloh, do’a seorang budak yang serta merta dikabulkan-Nya. Kini…..marilah kita berkaca diri.

Ketika do’a-do’a kita tak di dengar, ketika do’a-do’a kita tak terjawab, barangkali ada diantara sepuluh hal yang dikemukakan oleh Ibrahim bin Adham di atas terjadi pada diri kita. Bila memang ada, sudah selayaknyalah kita berbenah diri. Beristighfar sebanyak-banyaknya, demi memperoleh ampunannya. Melakukan taubat, taubatan nashuha, sambil terus berusaha melakukan berbagai upaya yang mendukung terhadap hal-hal yang kita pinta. Dan jangan pernah berhenti berdo’a, karena Alloh akan menganggap kita sebagai orang yang sombong bila kita tidak memohon pada-Nya. “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kamu kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” ( Q.S.Al Mu’min:60). Robb……bimbinglah kami, agar kami menjadi orang-orang yang senatiasa menggantungkan diri hanya kepada-Mu, dan senantiasa mengharap rahmat-Mu. jadikanlah kami orang-orang yg senantiasa mampu mengendalikan diri. untuk tetap istiqomah.jadikanlah kami orang-orang yg senantiasa tawakkal, dan meyakini segala keputusan-Mu. amiin….wallohu a’lam bishshowwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar